Menghidupkan Peran Pendidikan pada Kelestarian Lingkungan

Sejak dulu pendidikan selalu bisa diandalkan dalam memecahkan berbagai persoalan masyarakat. Jepang saat dibom atom oleh Amerika Serikat pada perang dunia kedua, hampir dari semua kalangan penduduknya banyak yang mati dan satu yang dikonfirmasi pemerintah saat itu adalah berapa jumlah guru yang masih tersisa. Begitu juga dengan Malaysia, untuk menggenjot peradaban ilmu negara tetangga itu banyak mengimpor guru dari Indonesia namun mirisnya malah negara kita hari ini tertinggal oleh mereka. Itu semua merupakan peran dari pendidikan terhadap kontruksi peradaban ilmu pengetahuan.
Hari ini kita dihadapkan dengan persoalan krusial seperti pemanasan global, sampah yang terus menggunung dan udara tempat tinggal yang tak lagi segar. Persoalan tersebut seakan tidak menemukan pangkal ujungnya. Pemerintah pun tampak tidak begitu serius mengurusinya, mereka lebih suka berebut kekuasaan dan saling cakar terhadap 'musuh' politiknya, lebih-lebih menjelang pemilu tahun 2024 nanti. Padahal jika mereka bisa berlapang dada dan sedikit waras tentu setiap partai politik bisa saling kerja sama berbagi ide untuk menyelesaikan persoalan kita hari ini. Dengan begitu, masyarakat pun akan merasa terwakili suaranya oleh anggota-anggota partai politik yang seringkali teriak bising berjuang bersama rakyat saat pesta pemilu kemudian hening setelah berkuasa. Tapi baiklah, kita tidak perlu berharap banyak kepada mereka itu. Kita kembali saja ke ranah lembaga pendidikan.
Madrasah dan Sampah Rumah Tangga
Lembaga pendidikan merupakan agen intelektual dan nilai moralitas di tengah-tengah masyarakat. Terbukti banyak tokoh intelektual yang dihasilkan dari lembaga ini. Meski begitu, tampaknya lembaga ini harus diberi tanggung jawab lebih berat lagi untuk mencetak generasi bermental lingkungan bersih. Karena kesadaran masyarakat kita ternyata masih minim terhadap pengeloalaan sampah di rumahnya. Mereka seringkali memilih jalan pintas dan mudah saat mengelola sampahnya, seperti dengan membakar sampah atau membuangnya ke sungai. Mereka belum begitu mengerti dengan konsekuensi yang ditimbulkan atas perbuatannya itu. Udara yang kotor penuh polusi, rusaknya ekosistem dan keelokan sungai serta panasnya iklim belum bisa menggugah kesadaran mereka yang lama tertidur.
Madrasah yang menjadi salah satu lembaga pendidikan kita harus bisa mendobrak kesadaran masyarakat tersebut. Dimulai dengan mengajarkan siswa cara pengelolaan sampah yang baik di lingkungan madrasah sendiri lalu dilanjutkan dengan terjun ke masyarakat untuk mempengaruhi sekaligus mengajak mereka bagaimana mengelola sampah yang baik dan bermanfaat. Salah satunya, membuat pupuk organik cair (POC) yang dihasilkan dari sampah organik seperti sisa sayuran dan buah-buahan rumah tangga. Pembuatan pupuk tersebut sangat mudah juga bisa dilakukan oleh siapapun dan yang paling penting memiliki manfaat yang besar untuk kesuburan tanaman. Kedua, madrasah bisa mengajarkan siswa-siswinya cara mengelola minyak jelantah dengan melibatkan guru kimia dan biologi.
Minyak jelantah ini masih sering dikonsumsi oleh masyarakat kita, padahal minyak tersebut bisa mengganggu kesehatan tubuh dan lingkungan. Menurut peneliti di Pusat Riset Kimia Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yan Irawan menuturkan, minyak jelantah dapat meningkatkan kolesterol dikarenakan kandungan asam lemak bebas. Kolesterol bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. (Kompas.com, 26 Maret 2022).
Seperti bahaya dikonsumsi, minyak jelantah jika dibuang begitu saja di tanah maka dapat menyebabkan kerusakan kesuburan tanah. Sehingga solusinya menurut guru biologi Madrasah Aliyah Al-Hikam Fauzi Ramadhani, bisa dibuat sabun dengan tambahan bahan-bahan kimia lainnya. Pada pembuatan sabun ini, senyawa-senyawa berbahaya yang terkandung dalam minyak jelantah bisa dinetralkan oleh soda api atau soda kaustik (NaOH).
"Minyak jelantah ini bisa dinetralkan senyawa berbahayanya dengan soda api, makanya kita buat di madrasah ini sabun yang berbahan pokok minyak jelantah supaya harapannya bisa mengurangi kerusakan tanah jika dibuang dan meminimalisasi gangguan kesehatan jika tetap dikonsumsi masyarakat".
ditulis oleh:
Muhammad Nurfadli, M.Pd
Ustad pengampuh mata pelajaran Fiqih di MTs-MA Al Hikam
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Bu Ika: Emansipasi & Bumi Lestari, Dua Sisi Suluh Kartini
Panggilan Hati untuk Menjaga Alam Semesta Allah menciptakan alam semesta termasuk bumi dan isinya jauh sebelum manusia diciptakan di muka bumi (QS, al-Baqoroh:117) Allah te
Melek Digital, Kiat Remaja Zaman Now Bijak Menggunakan Internet
Pesatnya pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat dalam menilai dan mengecek kebenaran sumber informasi media melalui teknologi digital.
Literasi Digital Madrasah: Menciptakan Generasi Indonesia yang Lebih Maju
Pengenalan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi digital, literasi digital menjadi suatu keahlian yang penting bagi semua lapisan
Beradaptasi dengan Pendidikan Digital: Tantangan dan Strategi Guru Madrasah
Pendidikan di era digital menuntut guru madrasah untuk bertransformasi dan menjawab panggilan zaman. Adaptasi terhadap pembelajaran digital bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi suatu k
Bully: Bukan Sekadar Permainan, tapi Kekerasan yang Kejam
Bullying atau perundungan, permasalah yang sering terjadi dikalangan anak- dan remaja, baik dalam lingkungan sekolah, pondok bahkan dalam ruang lingkup teman sepermainan. Anak yang dian
Penguatan Molimo (Moderasi Lintas Agomo) Pada Siswa Al-Hikam Untuk Mencetak Generasi Unggul Berkarakter dan Berbudaya Lingkungan
Konflik berkepanjangan atas nama agama sering kali terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Masjid dibakar, Geraja diserang, tokoh agama menjadi sasaran kekejaman tangan-tangan tidak be
Definisi sampah jadi berkah yang sesungguhnya